Revolusi Industri Karet yang Ramah Lingkungan

Revolusi Industri Karet yang Ramah Lingkungan




Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi menjadi produsen utama dunia ( Cina dan India bergeser menjadi konsumen Karet utama dunia). Jawa Barat propinsi di Indonesia di zaman penjajahan Belanda dikenal sebagai kota perkebunan dan peristirahatan dengan keindahan panorama atau pegunungan yang berhawa sejuk, sebagian besar daerahnya bergunung-gunung, memiliki perkebunan teh, kina, kopi dan karet.
Limbah karet menjadi masalah yang cukup serius untuk ditangani. Tidak hanya di negara berkembang tapi juga bagi negara maju. Mengingat material karet terbuat dari bahan pertokimia yang umumnya tidak ramah lingkungan, maka penggunaan material karet yang ramah lingkungan sangat diharapkan, karena dapat menyelesaikan masalah pengurangan limbah karet. Solusi yang diupayakan yaitu menggabungkan bahan hasil pertanian seperti pati dengan bahan petrokimia. Adapun usaha penggunaan kedua meterial tersebut dapat dilakukan berbagai cara, seperti mancampurkan pati kedalam material karet melalui proses blending (pencampuran) atau dengan cara mereaksikan pati dengan monomer yang terbuat dari bahan petrokimia. Ada pula cara lain yaitu dengan mereaksikan pati yang bersifat polar dengan zat ketiga (air), agar hasilnya bersifat non polar dan bila dicampurkan dengan material karet yang bersifat non polar, akan tercampur dengan baik.
Polimer sintetik mempunyai sifat fisik yang unggul, seperti lebih tahan air dan kekuatan tariknya cukup tinggi. Sementara itu polimer alam, seperti pati dan kapas mempunyai sifat fisik yang kurang baik. Sehingga panggabungan pati dengan monomer petrokimia akan sangat baik, karena dapat diharapkan menghasilkan material yang sifat fisiknya baik dan bersifat ramah lingkungan.


Hutan tanaman karet selain bermanfaat bagi penyerapan gas CO2 diudara agar lingkungan hidup tetap bersih dan nyaman juga yang paling penting bahwa lateks (getah karet) dapat diolah menjadi produk (barang-barang) dari karet yang sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk membuat ban kendaraan (mobil, sepeda motor, pesawat terbang), sebagai bahan pembungkus kabel listrik, bantalan mesin, untuk membuat dot bayi, untuk bahan sol sepatu, untuk pembuatan balon, untuk bahan pembuatan lem, pembuatan sarung tangan, untuk membuat kasur busa dan sebagainya.
Getah dari pohon karet dikenal sebagai lateks adalah cairan putih kental yang dapat dibekukan memakai larutan asam formiat. Pada pembuatan berbagai produk karet diperlukan filler (bahan pengisi) yang pada umumnya menggunakan beberapa jenis bahan kimia seperti Kalsium Karbonat, Titanium Dioksida, Karbon Black dan lain-lain.Sesungguhnya bahan kimia bersifat esensial (cukup penting) dalam peningkatan kesejahteraan manusia, dan penggunaannya sedemikian luas di berbagai sektor seperti pada industri pengolahan karet. Akan tetapi penggunaan bahan kimia pada pengolahan karet alam memiliki beberapa kelemahan antara lain, penggunaan bahan kimia dapat membahayakan kesehatan para pekerja industri seperti gangguan pada kulit dan pernafasan. Oleh sebab itu perlu diperkenalkan bahan filler alternative seperti tepung tapioca misalnya. Persentase campuran antara tepung tapioka dan lateks harus diperhatikan agar menghasilkan paduan yang homogen dan dapat terkoagulasi dengan baik.
Pengolahan lateks menjadi karet alam ramah lingkungan membutuhkan bahan tambahan yang cocok disamping mudah didapat serta harganya yang relatif murah. Penggunaan tapioka sebagai bahan pengisi (filler) pada lateks cukup ekonomis karena tapioka melimpah dan harganya murah dibandingkan menggunakan bahan petrokimia dan disamping itu produk polimerisasi karet alam akan mudah dihancurkan bakteri Aspergillus Niger didalam tanah sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Berdasarkan percobaan diketahui bahwa karet beku yang dihasilkan dari lateks yang diblending dengan tapioka kering memiliki keunggulan sifat fisik dan kimia dibanding lateks yang diblending tapioka basah. Lateks dengan tapioka basah menyebabkan campuran makin encer sehingga sifat karet beku menjadi lebih lembek dibanding karet beku dari hasil blending dengan tapioka kering. Pada blending lateks-tapioka basah dengan asam semut dalam variasi volume terjadi koagulasi cukup baik dan kekenyalan yang wajar. Massa karet yang baik yang dihasilkan dari lateks-tapioka kering maupun lateks-tapioka basah semakin banyak yaitu massa gumpalan karet bertambah dengan makin bertambahnya volume asam semut 25%. Akan tetapi tampak pula bahwa kekenyalan karet yang dihasilkan lateks-tapioka kering lebih baik pada penambahan asam semut volume rendah dibandingkan lateks-tapioka basah, terdapat kemungkinan bahwa sample lateks-tapioka kering memiliki keunggulan yaitu untuk proses koagulasi cukup dengan sedikit asam semut konsentrasi 25%. Penemuan ini sangat bermanfaat untuk membantu pelaku industri melalui informasi teknologi tepat guna pengolahan lateks dengan penambahan tapioka menjadi produk karetyang mudah terdegradasi atau dapat dihancurkan oleh tanah sehingga mengurangi pencemaran lingkungan (ramah lingkungan).
Selain itu, industri karet alam umumnya menimbulkan efek lingkungan negatif yaitu gumpalan yang berbau busuk. Untuk mencegah bau busuk tersebut dapat digunakan asap cair sebagai penggumpal lateks.


Asap cair yang dibuat dari cangkang kelapa sawit mengandung senyawa Fenol sehingga dapat mencegah perkembangan bakteri penyebab bau busuk dan mutu karet yang dihasilkan setara dengan penggumpal anjuran (asam Formiat).
Dalam pengolahan karet sit asap (RSS) dengan penggumpal asap cair ini, waktu pengeringan sit bisa lebih cepat 3 sampai 4 hari, dibandingkan dengan penggumpal asam formiat, hal ini juga akan mencegah emisi C02 sampai setengahnya karena jumlah kayu karet yang dibakar menjadi setengahnya untuk pengawetan dan pengeringan sit. Hal ini ditunjukkan untuk pengolahan limbah perkebunan yang tepat menghasilkan bahan substitusi untuk proses industri pengolahan karet alam yang lebih baik, ramah lingkungan dan cepat, disamping perkembangan aplikasi masa depan yang sangat luas.

Keunggulan Inovasi ini yaitu :
  • Dibuat dari limbah alami yang ramah lingkungan dan tersedia dalam jumlah sangat besar
  • Mencegah pertumbuhan bakteri dalam pengolahan karet sehingga tidak terjadi bau busuk.
  • Dapat dimanfaatkan untuk mengurangi bau busuk limbah industri atau sampah lainnya.
  • Bisa dipakai untuk pengawet pupuk organik, pestisida, fungisida, herbisida, obat-obatan, dan makanan.
  • Sebagai bahan untuk memproduksi bio-oil melalui proses pirolisis cepat (fast pyrolysis).




Di Indonesia telah berkembang teknologi pemanfaatan gas cair ini yaitu di pabrik asap cair yang dibangun oleh PT Global Deorub Industry, dengan merk dagang “Deorub”. Pabrik asap cair “Deorub” ini merupakan pabrik asap cair pertama   di Indonesia dan bahkan di dunia. Pabrik ini menggunakanbahan   baku dari limbah cangkang (tempurung) kelapa sawit dan diaplikasikan untuk industri karet.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah industri karet. Baru-baru ini Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara bekerjasama dengan Japan External Trade Organization (Jetra) menargetkan terciptanya industri karet yang lebih ramah lingkungan. Kerjasama ini dilakukan melalui pemberian pelatihan bagi pelaku bisnis karet di Sumatera Utara melalui pemberlakuan pengolahan atas limbah lumpur aktif sisa olahan industri karet menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomis. Selama ini  untuk pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pengusaha harus melakukan investasi hingga Rp 1,5 milyar tanpa memberikan manfaat apapun. Melalui program kerjasama ini, diharapkan nantinya endapan lumpur aktif yang ditampung dalam bak penampung Ipal dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat, seperti halnya pupuk organik berupa kompos.

Selain dapat dipasarkan bagi kepentingan petani, pupuk ini juga dapat bermanfaat bagi 16 pengusaha industri pengolahan karet yang memiliki pabrik di Sumatera Utara. 
Investasi yang harus dikeluarkan pengusaha, hanya sebatas pembuatan lokasi penjemuran lumpur, lokasi pencampuran endapan lumpur dengan unsur hara tambahan dan tempat pengemasan.
Selain diharapkan dapat memberi manfaat keuntungan bagi pemilik pabrik olahan karet, upaya penciptaan industri karet yang lebih ramah lingkungan dilakukan sebagai upaya memenuhi standart ISO 14002.

Untuk pemenuhan standar ini pula, Jepang sebagai salah satu negara importir bahan olahan karet (Bokar), telah melakukan pelatihan bagi pelaku usaha karet Sumut selama beberapa tahap.
 
Gapkindo juga mengharapkan adanya dukungan dan peran serta instansi terkait, seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan, perbankan maupun Departemen Pertanian RI untuk terlibat dalam upaya pemasaran produk-produk ramah lingkungan ini. 
Setiap perindustrian di Indonesia umumnya wajib memiliki konsep ramah lingkungan terhadap proses dan hasil produknya. Industri yang menerapkan strategi ramah lingkungan mempunyai tujuan:
1.   menciptakan produk yang sehat, aman dan berkualitas,
2.   meminimalkan potensi kontaminasi bahan-bahan yang beracun atau berbahaya pada produk,
3.   melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja
4.   meminimalkan terbentuknya limbah (zero waste) baik dalam jumlah dan toksisitasnya
Dengan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, maka akan bermanfaat untuk generasi penerus yang mendatang.

Referensi :

Review Jurnal Pemilihan Katalis yang Ideal



Nama                  : Nurulita Rahayu
NIM                      : 41614010031
Jurusan              : Teknik Industri

Review Jurnal

1.   Judul
Pemilihan Katalis yang Ideal

2.   Penulis
Dewi Yuanita Lestari, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY)

3.   Sumber Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

4.   Abstraksi
Kajian ini ditujukan untuk mempelajari pemilihan katalis yang ideal. Penggunaan katalis dalam berbagai reaksi kimia maupun proses industri semakin meningkat. Pemilihan katalis yang tepat tentunya akan mengakibatkan hasil yang maksimal. Kriteria pertama yang dilihat dalam pemilihan katalis biasanya adalah aktivitas dan selektivitas katalis. Selain kriteria tersebut beberapa hal perlu diperhatikan dalam pemilihan katalis antara lain: stabilitas katalis dalam kondisi operasi yang dipengaruhi oleh peracunan katalis pengotor dalam umpan, deaktivasi katalis oleh satu atau lebih produk, hilangnya aktivitas akibat penguapan, hilangnya aktivitas akibat transformasi kristalografi. Selain itu perlu juga diperhatikan terkait dengan legalitas katalis yang menyangkut hak paten. Dalam pemilihan katalis hendaknya dihindari penggunaan katalis yang sulit ditemukan dan atau yang harganya mahal karena hal tersebut menyebabkan biaya proses juga menjadi mahal. Katalis logam biasanya diembankan pada suatu padatan pengemban(support) sehingga pemilihan padatan pengemban yang optimum. Kriteria pemilihan pengemban antara lain meliputi: stabilitas pengemban, sifat inert pengemban, biaya, legalitas terkait hak paten. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa untuk suatu reaksi yang sama, hasil reaksi bervariasi tergantung pada jenis katalis yang digunakan.

5.   Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pemilihan katalis yang ideal untuk berbagai reaksi kimia yang terlibat dalam kegiatan industri agar hasil yang dicapai optimal

6.   Implikasi Teori dan Review Penelitian Terdahulu
Katalis merupakan zat yang ditambahkan dalam sistem reaksi untuk mempercepat reaksi. Katalis dapat menyediakan situs aktif yang befungsi untuk mempertemukan reaktan dan menyumbangkan energi dalam bentuk panas sehingga molekul pereaktan mampu melewati energi aktivasi secara lebih mudah. Karena fungsinya yang sangat penting, maka penggunaan katalis menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam berbagai industri. Kebutuhan akan katalis dalam berbagai proses industri cenderung mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena proses kimia yang menggunakan katalis cenderung lebih ekonomis.
Dalam mempercepat laju reaksi, katalis bersifat spesifik. Artinya suatu katalis dapat mempercepat pada reaksi tertentu saja tidak pada semua reaksi kimia. Contohnya, suatu katalis A mampu mempercepat laju reaksi pada reaksi hidrogenasi namun kurang baik jika digunakan pada reaksi oksidasi. Hal tersebut terikat erat dengan sifat fisika dan sifat kimia katalis. Dalam reaksi yang sama terdapat beberapa kemungkinan jenis material yang dapat digunakan dalam proses reaksi tersebut. Misalnya dalam reaksi hidrogenasi dapat digunakan katalis Fe, Co, Ni (Le Page, 1987).
Kemampuan suatu katalis dalam mempercepat laju reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi performa katalis antara lain adalah sifat fisika dan kimia katalis; kondisi operasi seperti temperatur, tekanan, laju alir, waktu kontak; jenis umpan yang digunakan; jenis padatan pendukung yang digunakan. Katalis yang dipreparasi dengan cara yang berbeda akan menghasilkan aktivitas dan selektivitas yang berbeda (Rieke dkk, 1997). Kemampuan suatu katalis dalam suatu proses biasanya diukur dari aktivitas dan selektivitasnya. Aktivitas biasanya dinyatakan dalam persentase konversi atau jumlah produk yang dihasilkan dari jumlah reaktan yang digunakan dalam waktu reaksi tertentu. Sedangkan selektivitas adalah ukuran katalis dalam mempercepat reaksi pada pembentukan suatu produk tertentu.
Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja katalis dalam mempercepat laju reaksi, maka perlu dilakukan pemilihan katalis secara cermat sebelum menggunakan katalis dalam suatu proses tertentu. Pemilihan katalis yang tepat dalam suatu proses dapat menyebabkan proses yang diinginkan memiliki hasil yang optimal. Sedangkan pemilihan katalis yang tidak tepat dapat menyebabkan proses menjadi kurang efisien sehingga akibatnya juga menjadi kurang ekonomis. Bahkan pemilihan katalis yang tidak tepat bisa juga menyebabkan adanya efek toksisitas yang berbahaya ataupun dapat mencemari lingkungan.

7.   Hipotesis Penelitian
o   Kriteria yang dilihat dalam pemilihan katalis adalah aktivitas dan selektivitas katalis.
o   Ketidaksesuaian dalam pemilihan katalis dapat menyebabkan efek toksisitas

8.   Metodologi Penelitian
Pengumpulan data dengan cara studi pustaka dari berbagai sumber dan interpretasi data untuk membuktikan hipotesis.

9.   Hasil Penelitian
Hipotesis 1. Kriteria pertama yang dilihat dalam pemilihan katalis biasanya adalah aktivitas dan selektivitas katalis. Selain kriteria tersebut beberapa hal perlu diperhatikan dalam pemilihan katalis antara lain: stabilitas katalis dalam kondisi operasi yang dipengaruhi oleh peracunan katalis pengotor dalam umpan, deaktivasi katalis oleh satu atau lebih produk, hilangnya aktivitas akibat penguapan, hilangnya aktivitas akibat transformasi kristalografi. Selain itu perlu juga diperhatikan terkait dengan legalitas katalis yang menyangkut hak paten. Dalam pemilihan katalis hendaknya dihindari penggunaan katalis yang sulit ditemukan dan atau yang harganya mahal karena hal tersebut menyebabkan biaya proses juga menjadi mahal.
Dalam melangsungkan suatu reaksi katalitik tidak hanya jenis katalis saja yang perlu mendapat perhatian. Analisis terhadap reaksi katalitik sangat perlu untuk dilakukan. Analisis ini dapat meliputi:
1.   Umpan yang digunakan. Sangat perlu untuk melihat produsen(sumber industri) yang memproduksi bahan umpan tersebut karena akan menentukan dalam hal konsentrasi, jenis reaksi yang dilakukan dalam proses sintesisnya, keberadaan zat pengotor baik yang bersifat inert maupun bersifat racun. Salah satu contohnya adalah pada umpan dari oleochemical. Sejumlah kecil organosulfur merupakan pengotor dalam bahan baku oleochemical yang dapat mengakibatkan deaktivasi katalis tembaga yang digunakan untuk hidrogenolisis ester menjadi fatty alcohol. Brand et al. (1999) mempelajari deaktivasi katalis Cu/SiO2 dan Cu/ZnO/SiO2 akibat adanya sulfur pada hidrogenolisis metil palmitat dalam fasa cair. Laju deaktivasi sangat cepat dan meningkat sebagai fungsi keberadaan komponen sulfur sebagai berikut: octadecanethiol ≈ dihexadecyl disulfide < benzyl isothiocyanate < methyl p-toluene sulfonate < dihexadecyl sulfide < di-benzothiophene. Proses deaktivasi berlangsung dengan cepat karena terbentuk sulfida pada permukaan selama kondisi proses hidrogenolisis. Umur katalis yang menggunakan seng sebagai promoter adalah dua kali lebih lama dibandingkan dengan katalis Cu/SiO2. Hal ini terjadi karena terbentuknya seng sulfida pada permukaan katalis.
2.   Produk yang diinginkan yang meliputi kemurnian, spesifikasi komposisi
3.   Mekanisme yang mungkin terjadi berdasarkan data yang tersedia dari penelitian terdahulu. Mekanisme ini tidak hanya enyangkut reaksi utama tetapi juga menyangkut reaksi samping yang harus dihindari.
4.   Kompilasi data termodinamika yang berkaitan dengan perkiraan mekanisme reaksi
5.   Evaluasi ekonomi yang menyeluruh dalam hal umpan, harga produk, perbandingan antara ongkos dan harga, tingkat minimal aktivitas dan selektivitas yang dibutuhkan untuk proses yang ekonomis (Le Page, 1987).
Hipotesis 2. Toksisitas katalis adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan katalis. Meskipun suatu katalis memiliki aktivitas dan selektivitas yang tinggi dalam suatu proses namun bila bersifat toksik hendaknya penggunaannya dihindari agar tidak membahayakan. Atau dapat dikatakan bahwa terus perlu dikembangkan penggunaan katalis lain yang aktivitas serta selektivitasnya tinggi tetapi tidak bersifat toksik. Salah satu contohnya adalah katalis yang biasa digunakan dalam hidrogenasi ester yaitu Cu-Cr

10.  Kesimpulan dan Temuan
Pemilihan katalis merupakan langkah yang penting untuk memperoleh hasil yang optimal dalam suatu proses. Dalam suatu reaksi yang sama, hasil reaksi bervariasi tergantung pada jenis katalis yang digunakan. Oleh karena itu dalam memilih katalis untuk digunakan dalam suatu proses hendaknya tidak sekedar melihat aktivitas dan selektivitasnya saja tetapi juga berbagai hal lain seperti toksisitas, stabilitas katalis dalam kondisi operasi, nilai ekonomi, aspek legalitas. Untuk dapat memilih katalis yang tepat diperlukan penelusuran referensi dan analisis yang tepat.

11.  Saran untuk Riset Selanjutnya
          Agar riset menunjukkan hasil yang lebih akurat dalam penentuan katalis yang tepat, mungkin dapat dikembangkan dengan beberapa penelitian melalui beberapa eksperimen terhadap katalis yang akan di uji dan dampaknya pada bahan yang akan diuji. Sifat katalis yang selektif terhadap suatu zat berbeda beda, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut agar mengetahui kecocokan katalis dan optimasi kerja katalis terhadap suatu reaksi kimia.

Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan

Nama                  : Nurulita Rahayu

NIM                      : 41614010031
Jurusan              : Teknik Industri

Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan



Polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya. Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat. Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 μm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru (trakheobronkial); sedangkan fine PM (<2,5 μm)  dan ultrafine (<0,1 μm)berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik. Klasifikasi berdasarkan ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel tersebut terhadap kesehatan sehingga WHO dan juga US Environmental Protection Agency menetapkan standar PM dan polutan lain untuk digunakan sebagai dasar referensi.

Tabel  Standar polutan udara menurut EPA

Pollutan
Waktu
PM10 (μg/m3)    
150 (/24jam) 50 (/tahun)
PM2,5 (μg/m3)   
65 (/24 jam) 15 (/tahun)
Ozone (ppm)       
0.12 (/1jam) 0.08 (/8 jam)
NO2 (ppm)         
0.053 (/tahun)
SO2 (ppm)        
0.14 (/24 jam) 0.03 (/tahun)

Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan jangka pendek dan jangka panjang 

Pajanan jangka pendek
  • Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat Darurat atau kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular.
  • Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit
  • Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah)
  • Gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan)
  • Perubahan fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)

Pajanan jangka panjang
  • Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan kardiovaskular
  • Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)
  • Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin 
  • Kanker 
Sumber: WHO dan ATS (American Thoracic Society) 2005

  • Gas Karbon monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) di atmosfer dalam keadaan normal konsentrasinya sangat sedikit sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan aktifitas penggunaan kendaraan bermotor dan industri yang padat, kkonsentrasi gas CO dapat mencapai 10 – 15ppm. Gas CO di dalam paru-paru bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah yang dapat menghalangi pengangkutan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Konsentrasi gas CO di udara (ppm)
Konsentrasi COHb dalam darah (%)
Gangguan pada tubuh
3
0,98
Tidak ada
5
1,30
Belum begitu terasa
10
2,10
Gangguan sistem saraf sentral
20
3,70
Gangguan panca indera
40
6,90
Gangguan fungsi jantung
60
10,10
Sakit kepala
80
13,30
Sulit bernafas
100
16,50
Pingsan hingga kematian
Tabel: Konsentrasi gas CO di udara dan pengaruhnya pada tubuh manusia bila kontak terjadi pada waktu cukup lama
(Sumber : Ernawati dkk. 2008)
Dampak yang ditimbulkan adalah :
a)       Pusing/sakit kepala
b)       Rasa mual
c)       Pingsan (ketidak sadaran)
d)       Kerusakan jaringan otak
e)       Sesak nafas
f)        Kematian
g)       Gangguan pada kulit
h)       Gangguan penglihatan (efek jangka panjang)

  • Gas sulfur oksida (SO), precursor ozon dan nitrogen oksida (NO)
Dampak negatif adanya penigkatan konsentrasi gas SO dan NO adalah :
a)        Iritasi mata
b)         Radang saluran pernafasan
c)        Gangguan pernafasan kronis (bronkitis, emfisema dan asma)
d)        Gangguan pada tumbuhan hingga kematian tumbuhan
e)        Hujan Asam
f)         Efek Rumah Kaca
  • Materi partikulat
Materi partikulat adalah partikel-partikel yang berukuran kecil seperti serbuk batu bara, serbuk kayu, serbuk batu, serbuk pasir, serbuk kapas, serbuk kwarsa, serbuk asbes. Materi partikulat banyak terdapat di daerah industri, pertambangan, daerah perkotaan yang padat penduduk dan daerah konstruksi (pembangunan gedung). Dampak yang ditimbulkan adalah penyakit paru mulai dari peradangan hungga kangker paru-paru. Materi partikulat yang lain adalah timbal (Pb) yang bersifat toksit (racun). Timbal yang masuk ke dalam tubuh dan sudah terakumulasi dalam kosentrasi tertentu dapat menyebabkan :
a)        menyerang berbagai sistem tubuh seperti sistem pencernaan dan sistem syaraf.
b)        Radang paru-paru sampai kanker paru-paru
c)        Gangguan jantung
d)         Gangguan ginjal
e)        Keterbelakangan mental pada anak-anak
f)         Gangguan kesehatan pada hewan

  • Zat-zat penyebab kanker
Zat-zat penyebab kanker banyak ditemukan dalam ruangan atau jenis polutan udara dalam ruangan (indoor air pollutants). Jika konsentrasinya berlebih akan menyebabkan kanker. Polutan udara dalam ruangan antara lain:
a)       kloroform
b)       para-diklorobenzena
c)       tetrakloroetilen
d)       trikloroetan
e)       radioaktif (Radium (Ra))
  • Asbut (asap kabut)
Asap kabut atau disingkat asbut (smog adalah singkatan dari smoke (asap) dan fog (kabut)). Istilah ini muncul sekitar awal abad 20, ketika itu asap dan kabut tebal menyelimuti kota London dampak dari revolusi industri besar-besaran di kota tersebut. Berdasarkan jenis polutan penyebabnya:
a)    Asbut industri
Plolutan penyebab asbut industri adalah sulfur oksida (SO) dan materi partikulat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri. Materi partikulat yang terkandung dalam asbut industri menyebabkan warnanya menjadi keabu-abuan.
b)    Asbut fotokimia
Polutan utama penyebab asbut foto kimia adalah senyawa gas nitrogen oksida (NO) yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang berasal dari berbagai sumber. Gas nitrogen oksida dan hidrokarbon diudara mengalami reaksi fotokimia membentuk ozon (O3). Ozon diudara juga dapat bereaksi dengan polutan udara lainnya membentuk senyawa-senyawa jenis polutan sekunder yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Nitrogen oksida diudara menyebabkan asbut fotokimia berwarna kecoklatan. Asap kabut/ asbut dapat mengganggu penglihatan dan pernafasan.
Tabel: Zat-zat polutan yang dapat menyebabkan penyakit
Nama Zat
Sumber
Nama Penyakit
Kadmium (Cd)
Cd adalah logam berat yang banyak digunakan oleh industri seperti: pabrik pipa PVC, pabrik pengolahan karet, pabrik kaca
Keracunan Cd dapat menyebabkan kerusakan organ ginjal dan hati, mempengaruhi otot polos pembuluh darah, tekanan darah tinggi menyebabkan gagal jantung.
Kobalt (Co)
Di industri sebagai bahan campuran untuk membuat magnet, alat pemotong, alat penggiling, mesin pesawat terbang, pewarna kaca, keramik dan cat
Keracunan kobalt merusak kelenjar tiroid (gondok), menyebabkan kekurangan hormon hasil kelenjar gondok.Menyebabkan gagal jantung dan endema (pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan dalam sel)
Merkuri (Hg)
Dalam industri, merkuri digunakan untuk proses pembuatan klorin. Merkuri juga terdapat dalam baterai, cat, plastik, termometer, lampu tabung, kosmetik, dan hasil pembakaran batu bara
Merkuri masuk ke tubuh manusi bisa melalui konsumsi ikan yang tercemar merkuri. Pada ibu hamil, menyebabkan bayi cacat mental. Dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan ginjal, saraf dan jantung.
Timbal (Pb)
Limbah Pb berasal dari rembesan sampah kaleng yang mengandung timbal, cat yang mengandung timbal, bahab bakar yang bertimbal, pestisida, korosi pipa yang mengandung timbal.
Pb dengan konsentrasi >15 mg/l dalam darah berbahaya bagikesehatan.Pada wanita hamil, keracunan Pb menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau kematian janin.
Pada anak-anak menyebabkan cacat mental dan gangguan fisik.
Pada orang dewasa menyebabkan hipertensi.
Senyawa Organik Berklorin
Senyawa berklorin antara lain adalah dikloro-difenil-trikloroetana (DDT), aldrin, heptaklor dan klordan sebagai bahan pestisida. Senyawa ini biasa diapakai untuk membasmi serangga dan hama. Senyawa industri adalah poliklorinasi bifenil (PCB) dan dioksin. DDT dan PCB dialam dapat mengalami magnifikasi biologi saat memasuki rantai makanan atau senyawa tersebut terakumulasi dalam makhluk hidup dan konsentrasinya meningkat pada makhluk hidup dan konsentrasinya terus meningkat pada mkhluk hidup yang berada di posisi lebih atas pada rantai makanan. Berarti manusia adalah makhluk yang sangat beresiko menerima senyawa-senyawa tersebut.
Senyawa berklorin bersifat persisten di alam terakumulasi dalam tubuh yang berbahaya bagi tubuh. Senyawa berklorin menyebabkan kerusakan berbagai organ, terutama hati dan ginjal dan dapat menimbulkan kanker.